Judul : Interview : Step! Magz & SID
link : Interview : Step! Magz & SID
Interview : Step! Magz & SID
StepMagz mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dengan trio punk asal Bali, sesaat sebelum jadwal mereka naik panggung. Obrolan di backstage pun berlangsung seru, interview yang tidak disertai Bobby Kool (vokal , gitar) itu dipenuhi canda Jrx (drum, vokal) dan Eka (bas, vokal). Menarik menyimak pandangan Jrx tentang maraknya konser artis luar negeri di Indonesia dan bagaimana mereka terlibat dalam album kompilasi lagu anak-anak. Berikut obrolan singkat kami dengan SID:
Apa kabar?
SID: Baik, tapi Bobby kurang baik, sedang radang tenggorokan, makanya tidak ngomong, takutnya nggak bisa nyanyi bentar hehehee..
Sejak tahun lalu hingga saat ini, Indonesia menjadi destinasi konser favorit para musisi mancanegara. Bagaimana kalian memandang fenomena ini?
Jrx: Kalo saya melihatnya dari sudut pandang ekonomi, bahwa itu indikator perekonomian dunia barat itu sedang down, makanya band-band atau artis luar itu berusaha survive dengan tur atau melakukan pertunjukkanke negara-negara lain. Kalo dulu kan jarang banget mereka tur ke negara-negara dunia ke tiga. Intinya, saya ngelihatnya sebagai perubahan ekonomi global!
Eka: Saya melihatdari sisi band-nya, kita mendapat suguhan langsung band-band atau artis yang manjadi idola kita atau masyarakat pada umumnya yang mana sebelumnya hanya bisa dinikmati melalui CD, majalah dan lain sebagainya. Juga untuk band-band lokal bisa banyak belajar dari artis-artis luar bagaiana cara produksi dan live-nya.
Jrx: Yaah banyak positifnya lah untuk kedua belah pihak. Band lokal bisa mendapat suguhan live musik serta mendapatkan ilmu, sementara band luar tadi bisa survive secara ekonomi hehehehe… saling menguntungkan lah.
SID juga turut serta dalam sebuah album kompilasi berisi lagu anak-anak ciptaan AT. Mahmud, bagaimana sampai akhirnya SID ditawari proyek itu, dan mengapa kalian tertarik?
Jrx: Ooooh, album itu memang proyek Sony Music, label yang menaungi kami. Jadi yang masuk dalam kompilasi itu, tentu saja musisi-musisi yang berada di label terebut. Kami sangat selektif terhadap tawaran-tawaran dari label, nggak asal iyakan saja, kami pertimbangkan dulu, apakah selaras dengan visi SID. Setelah kami kaji, ternyata sesuai dengan visi kami. Kami pengen anak-anak di Indonesia itu menyanyikan lagu-lagu yang relevan dengan usia mereka.
Eka: Miris melihat anak-anak sekarang menyanyikan lagu-lagu yang tidak sesuai dengan mereka, jadi kami ingin album kompilasi ini menjadi panutan, bagaimana semestinya lagu-lagu yang sesuai dengan mereka.
Jika kita berbicara scene musik di Bali, maka yang akan muncul adalah nama Superman Is Dead, nama kalian begitu dominan, padahal sangat banyak band cutting edge keren lainnya berasal dari Bali. Menurut kalian, mengapa mereka tidak mendapatkan ekspos serupa?
Jrx: Kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi itu ada alasannya. Kalo di kasusnya SID itu, banyak faktor X yang membantu. Waktu bom Bali pertama, semua mata dunia tertuju ke Bali dan SID namanya ikut terangkat juga karena waktu itu SID kebetulan sedang gencar-gencarnya membangun fanbase di luar Bali. Tapi semua itu balik lagi ke kita, apakah kita siap bergelut di industri musik. Kemarin sempat ada beberapa band Bali yang dikontrak label besar, hanya saja mungkin fakto ketidaksiapan mereka dan mungkin karena musiknya terlalu keras untuk dijual di pasar. Makanya SID bisa seperti sekarang karena musik kita dibilang terlalu keras enggak, dan masih bisa dinikmati masyarakat biasa. Saya kasih contoh, Navicula, itu band yang sangat bagus, tapi mungkin liriknya terlalu berat dan musiknya terlalu keras, yang tentu saja menjadi pertimbangan bisnis sebuah label. Tapi itu dulu, saya pikir, di era internet seperti sekarang ini, kesuksesan band-band lain tinggal menunggu waktu.
Eka: Seperti kata Jrx tadi,banyak band bagus di Bali, tinggal bagaimana mereka menyiapkan mental dan menyiapkan konsep akan dibawa kemana band mereka.
Apakah mood mempengaruhi proses kreatif kalian dalam berkarya?
Eka: Kalo saya sendiri, mood adalah faktor yang sangat penting dalam proses kreatif menciptakan karya-karya SID. Kalo moodnya nda bagus, akan terjadi repeatation, sesuatu yang terus diulang-ulang, pada saat itu mungkin terlihat bagus, tapi di lain hari nggak bagus.
Setelah apa yang terjadi di negara ini, apakah kalian masih bangga menjadi bangsa Indonesia?
Jrx: Bangga. Pastinya bangga menjadi warga negara Indonesia, tapi memiliki pemerintah seperti sekarang ini lah yang bikin saya tidak bangga, hahahahaha… terlalu banyak kemunafikan di negara ini, mengagung-agungkan surga padahal kelakuannya kayak setan.
Eka: Terlalu banyak berpura-pura, berpura-pura menjadi orang baik.
Apa kabar?
SID: Baik, tapi Bobby kurang baik, sedang radang tenggorokan, makanya tidak ngomong, takutnya nggak bisa nyanyi bentar hehehee..
Sejak tahun lalu hingga saat ini, Indonesia menjadi destinasi konser favorit para musisi mancanegara. Bagaimana kalian memandang fenomena ini?
Jrx: Kalo saya melihatnya dari sudut pandang ekonomi, bahwa itu indikator perekonomian dunia barat itu sedang down, makanya band-band atau artis luar itu berusaha survive dengan tur atau melakukan pertunjukkanke negara-negara lain. Kalo dulu kan jarang banget mereka tur ke negara-negara dunia ke tiga. Intinya, saya ngelihatnya sebagai perubahan ekonomi global!
Eka: Saya melihatdari sisi band-nya, kita mendapat suguhan langsung band-band atau artis yang manjadi idola kita atau masyarakat pada umumnya yang mana sebelumnya hanya bisa dinikmati melalui CD, majalah dan lain sebagainya. Juga untuk band-band lokal bisa banyak belajar dari artis-artis luar bagaiana cara produksi dan live-nya.
Jrx: Yaah banyak positifnya lah untuk kedua belah pihak. Band lokal bisa mendapat suguhan live musik serta mendapatkan ilmu, sementara band luar tadi bisa survive secara ekonomi hehehehe… saling menguntungkan lah.
SID juga turut serta dalam sebuah album kompilasi berisi lagu anak-anak ciptaan AT. Mahmud, bagaimana sampai akhirnya SID ditawari proyek itu, dan mengapa kalian tertarik?
Jrx: Ooooh, album itu memang proyek Sony Music, label yang menaungi kami. Jadi yang masuk dalam kompilasi itu, tentu saja musisi-musisi yang berada di label terebut. Kami sangat selektif terhadap tawaran-tawaran dari label, nggak asal iyakan saja, kami pertimbangkan dulu, apakah selaras dengan visi SID. Setelah kami kaji, ternyata sesuai dengan visi kami. Kami pengen anak-anak di Indonesia itu menyanyikan lagu-lagu yang relevan dengan usia mereka.
Eka: Miris melihat anak-anak sekarang menyanyikan lagu-lagu yang tidak sesuai dengan mereka, jadi kami ingin album kompilasi ini menjadi panutan, bagaimana semestinya lagu-lagu yang sesuai dengan mereka.
Jika kita berbicara scene musik di Bali, maka yang akan muncul adalah nama Superman Is Dead, nama kalian begitu dominan, padahal sangat banyak band cutting edge keren lainnya berasal dari Bali. Menurut kalian, mengapa mereka tidak mendapatkan ekspos serupa?
Jrx: Kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi itu ada alasannya. Kalo di kasusnya SID itu, banyak faktor X yang membantu. Waktu bom Bali pertama, semua mata dunia tertuju ke Bali dan SID namanya ikut terangkat juga karena waktu itu SID kebetulan sedang gencar-gencarnya membangun fanbase di luar Bali. Tapi semua itu balik lagi ke kita, apakah kita siap bergelut di industri musik. Kemarin sempat ada beberapa band Bali yang dikontrak label besar, hanya saja mungkin fakto ketidaksiapan mereka dan mungkin karena musiknya terlalu keras untuk dijual di pasar. Makanya SID bisa seperti sekarang karena musik kita dibilang terlalu keras enggak, dan masih bisa dinikmati masyarakat biasa. Saya kasih contoh, Navicula, itu band yang sangat bagus, tapi mungkin liriknya terlalu berat dan musiknya terlalu keras, yang tentu saja menjadi pertimbangan bisnis sebuah label. Tapi itu dulu, saya pikir, di era internet seperti sekarang ini, kesuksesan band-band lain tinggal menunggu waktu.
Eka: Seperti kata Jrx tadi,banyak band bagus di Bali, tinggal bagaimana mereka menyiapkan mental dan menyiapkan konsep akan dibawa kemana band mereka.
Apakah mood mempengaruhi proses kreatif kalian dalam berkarya?
Eka: Kalo saya sendiri, mood adalah faktor yang sangat penting dalam proses kreatif menciptakan karya-karya SID. Kalo moodnya nda bagus, akan terjadi repeatation, sesuatu yang terus diulang-ulang, pada saat itu mungkin terlihat bagus, tapi di lain hari nggak bagus.
Setelah apa yang terjadi di negara ini, apakah kalian masih bangga menjadi bangsa Indonesia?
Jrx: Bangga. Pastinya bangga menjadi warga negara Indonesia, tapi memiliki pemerintah seperti sekarang ini lah yang bikin saya tidak bangga, hahahahaha… terlalu banyak kemunafikan di negara ini, mengagung-agungkan surga padahal kelakuannya kayak setan.
Eka: Terlalu banyak berpura-pura, berpura-pura menjadi orang baik.
Sumber : FakhruoutSIDers
Demikianlah Artikel Interview : Step! Magz & SID
Sekianlah artikel Interview : Step! Magz & SID kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Interview : Step! Magz & SID dengan alamat link https://ambunsadar921.blogspot.com/2012/07/interview-step-magz-sid.html
0 Response to "Interview : Step! Magz & SID"
Posting Komentar